Seusai solat magrib saya sekeluarga berangkat dari Pasar Kemis
Tangerang menuju Parung Kuda Bogor. Perjalanan benar-benar melelahkan
karena selepas tol Ciawi sudah terjebak macet (mungkin karena long
weekend sampai daerah Caringin dan terus tersendat-sendat sampai hampir
ke Parung Kuda alhasil sampai tepat adik saya di Perumahan Karyawan
Indonesia Power di Parung kuda lewat dari jam 12 malam. Kami
beristirahan beberapa jam dan besoknya sekitar jam 7.30 pagi melanjutkan
perjalanan menuju Pelabuhan Ratu, mengingat medan yang akan dilalui
termasuk berat maka Mobil kami tinggal dan sebagai gantinya saya
meminjam motor bebek sport adik saya. Ternyata benar dugaan saya jalan
alternatif Parung Kuda Plabuhan lewat Cikidang yg beberapa tahun lalu
mulus ternyata sekarang sudah banyak yg berlubang, malah di jarak 5 km
dari plabuhan ratu jalan benar2 rusak cuma karena rute ini lebih dekat
dan tidak membosankan karena pemandangannya yg indah maka saya selalu
memilihnya.

Sesampainya di Pelabuhan Ratu kami menikmati sejenak suasana pantai
yg asri, baru setelah lepas lelah melanjutkan perjalanan ke arah Cisolok
dan di daerah Cimaja berbelok ke arah Cikotok. Jalan lumayan mulus
menanjak dan berliku-liku dengan pemandangan kebun dan hutan yg asri, di
tempat-tempat tertentu bisa melihap pantai di sepanjang Plabuhan.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 25 km saya sampai di Cicadas,
saya belok ke arah kanan meninggalkan jalan aspal yg lumayan mulus.

Petualangan sebenarnya baru dimulai, kami melewati jalan berbatu yg
walaupun cuman 3 km panjangnya tapi cukup membuat motor yg kami naiki
terengah-engah. Setelah sampai di Kampung Cikaret II saya berbelok
meninggalkan jalan berbatu menuju jalan yg benar memacu adrenalin saya,
istri dan anak terpaksa berjalan kaki karena tidak memungkinkan untuk
saya bonceng, perjalanan kuranglenih 2 km ini benar2 menguji nyali kami.
Saya jadi teringat ketika beberapa tahun yang lalu melalui jalan ini di
musim hujan, istri saya sampai nangis karena jalannya bener-susah untuk
dilalui (mungkin karena kami tidak terbiasa berjalan di pepatang sawah
yg licin)padahal dia jalan kaki, sementara saya dengan jiwa petualang
tetep memaksakan membawa motor sampai kampung Sinar Resmi.

Sesampainya di Dusun Sinar Resmi baru diketahui kalau teman yg saya
tuju sedang panen di ladangnya yg berjarak satu hari perjalanan
dengan jalan kaki, jadi kami menginap di tempat sesepuh dusun yaitu
Bapak Okan. Kami sangat menikmati suasana yg jauh berbeda dari kebiasan
kami di Tangerang. Kami membaur dengan masyarakat yg ramah tanpa
kepura-puraan, menumbuk padi bersama, mandi di pancuran dengan air yg
bening, menikmati udara dingin sejati bukan dinginnya ac.
Di kampung ini mereka menyimpan apa pun di luar rumah tanpa was-was,
karena dari cerita mereka tidak pernah ada pencurian di kampung
tersebut. Kalaupun pernah terjadi tapi sang pencuri tidak bisa keluar
dari situ (lupa jalan keluar)

Disini saya baru percaya kalau kita bisa menikmati apa pun selama
hati kita senang, karena disini kami makan seadanya hanya nasi beras
merah dengan lauk ikan asin yg sangat2 murah di tambah cabe rawit yg di
cocol sama garam. Tapi ternyata menu itu dasyat banget dengan malu-malu
saya sampe nambah 3 kali he...he.....

Bagi rekan-rekan yg penasaran dengan tempat ini, bisa mengikuti
petunjuk arah yg saya sebutkan di atas dan sesampainya di Dusun Sinar
Resmi Desa Cikaret II bisa langsung mencari rumah Bapak Okan (Sesepuh
kampung). Jangan bingung dengan tarif Guest house disini, karena semua
serba seiklasnya yg benar-benar seiklasnya dengan kata lain gak bayar
gak apa-apa(masa kita tega sih he...he...). Dan yang penting lagi tempat
ini tidak bisa di jangkau dengan kendaraan roda empat, kalau pun bisa
kendaraan doule gardan dan kendaraan tetep harus di tinggal kurang lebih
2 km dari kampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar