Rabu, 16 Mei 2012

DUSUN SINAR RESMI KAMPUNG ADAT DI KASEPUHAN BANTEN KIDUL









Seusai solat magrib saya sekeluarga berangkat dari Pasar Kemis  Tangerang menuju Parung Kuda Bogor. Perjalanan benar-benar melelahkan karena selepas tol Ciawi sudah terjebak macet (mungkin karena long weekend sampai daerah Caringin dan terus tersendat-sendat sampai hampir ke Parung Kuda alhasil sampai tepat adik saya di Perumahan Karyawan Indonesia Power di Parung kuda lewat dari jam 12 malam. Kami beristirahan beberapa jam dan besoknya sekitar jam 7.30 pagi melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Ratu, mengingat medan yang akan dilalui termasuk berat maka Mobil kami tinggal dan sebagai gantinya saya meminjam motor bebek sport adik saya. Ternyata benar dugaan saya jalan alternatif Parung Kuda Plabuhan lewat Cikidang yg beberapa tahun lalu mulus ternyata sekarang sudah banyak yg berlubang, malah di jarak 5 km dari plabuhan ratu jalan benar2 rusak cuma karena rute ini lebih dekat dan tidak membosankan karena pemandangannya yg indah maka saya selalu memilihnya.






Sesampainya di Pelabuhan Ratu kami menikmati sejenak suasana pantai yg asri, baru setelah lepas lelah melanjutkan perjalanan ke arah Cisolok dan di daerah Cimaja berbelok ke arah Cikotok. Jalan lumayan mulus menanjak dan berliku-liku dengan pemandangan kebun dan hutan yg asri, di tempat-tempat tertentu bisa melihap pantai di sepanjang Plabuhan. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 25 km saya sampai di Cicadas, saya belok ke arah kanan meninggalkan jalan aspal yg lumayan mulus.
Petualangan sebenarnya baru dimulai, kami melewati jalan berbatu yg walaupun cuman 3 km panjangnya tapi cukup membuat motor yg kami naiki terengah-engah. Setelah sampai di Kampung Cikaret II saya berbelok meninggalkan jalan berbatu menuju jalan yg benar memacu adrenalin saya, istri dan anak terpaksa berjalan kaki karena tidak memungkinkan untuk saya bonceng, perjalanan kuranglenih 2 km ini benar2 menguji nyali kami. Saya jadi teringat ketika beberapa tahun yang lalu melalui jalan ini di musim hujan, istri saya sampai nangis karena jalannya bener-susah untuk dilalui (mungkin karena kami tidak terbiasa berjalan di pepatang sawah yg licin)padahal dia jalan kaki, sementara saya dengan jiwa petualang tetep memaksakan membawa motor sampai kampung Sinar Resmi.
Sesampainya di Dusun Sinar Resmi baru diketahui kalau teman yg saya tuju sedang panen di ladangnya yg berjarak  satu hari perjalanan dengan jalan kaki, jadi kami menginap di tempat sesepuh dusun yaitu Bapak Okan. Kami sangat menikmati suasana yg jauh berbeda dari kebiasan kami di Tangerang. Kami membaur dengan masyarakat yg ramah tanpa kepura-puraan, menumbuk padi bersama, mandi di pancuran dengan air yg bening, menikmati udara dingin sejati bukan dinginnya ac.

Di kampung ini mereka menyimpan apa pun di luar rumah tanpa was-was, karena dari cerita mereka tidak pernah ada pencurian di kampung tersebut. Kalaupun pernah terjadi tapi sang pencuri tidak bisa keluar dari situ (lupa jalan keluar)
Disini saya baru percaya kalau kita bisa menikmati apa pun selama hati kita senang, karena disini kami makan seadanya hanya nasi beras merah dengan lauk ikan asin yg sangat2 murah di tambah cabe rawit yg di cocol sama garam. Tapi ternyata menu itu dasyat banget dengan malu-malu saya sampe nambah 3 kali he...he.....

Bagi rekan-rekan yg penasaran dengan tempat ini, bisa mengikuti petunjuk arah yg saya sebutkan di atas dan sesampainya di Dusun Sinar Resmi Desa Cikaret II bisa langsung mencari rumah Bapak Okan (Sesepuh kampung). Jangan bingung dengan tarif Guest house disini, karena semua serba seiklasnya yg benar-benar seiklasnya dengan kata lain gak bayar gak apa-apa(masa kita tega sih he...he...). Dan yang penting lagi tempat ini tidak bisa di jangkau dengan kendaraan roda empat, kalau pun bisa kendaraan doule gardan dan kendaraan tetep harus di tinggal kurang lebih 2 km dari kampung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar